SELAMAT DATANG DI BLOG TANPA PANDANG SAPA ENGKAU!!!!!!!

Selamat Datang Di Blog Tedi Setiadi
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Semester III/Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Jurusan Pendidikan Bahasa Arab.

Para Bloger Yang Budiman,
Kunjungan anda merupakan salah satu realitas bahwa segala bentuk inforamasi dunia yang di-akses melalui internet benar-benar dahsyat.
Dengan alasan, bahwa anda dapat menemukan Blog saya tanpa harus ada konfirmasi terlabih dahulu.
Semoga posting-posting yang saya tampilkan dalam Blog ini bermanfaat bagi kita semuanya.
dan saya menantikan akan saran, kritikan serta komentar dari para pembaca semua.
Terima Kasih Atas Kunjungannya.

Jumat, 21 November 2008

Ada Apa Antara Pendidikan dan Brutalisme???

Antara Pendidikan Dan Brutalisme

Banyak berbagai problematika kehidupan yang selalu di sangkutpautkan antara pendidikan seseorang dengan sikap atau tingkah laku Brutalisme. Dimana masyarakat sering menjadikan sebuah kesimpulan bahwa sikap buruk seseorang menandakan pendidikannya yang buruk pula. Pada masa-masa sekarang ini, banyak kita temui anak-anak sekolah yang terjun pada dunia brutalisme atau dengan sebutan genkster. Dengan kejadian itu, semua orang tua merasakan kekhawatiran pada anak-anaknya dikarenakan takut anaknya ikut-ikutan terjerumus kepada dunia pergaulan yang mereka anggap itu semua sikap yang salah dan hina, karena dibalik itu para orang tua menginginkan buah hatinya mencapi posisi pendidikan yang tinggi.

Tapi pada kenyataannya, semua anggapan itu tidak mutlak secara keseluruhan, karena terjadi kasus-kasus orang yang sukses tanpa menduduki pendidikan formal bisa mencapai impian-impian yang belum tentu semua orang dapat meraihnya.
Para pembaca Yang Budiman,
Saya pribadi menghimbau pada seluruh orang-orang fanatik pendidikan dengan goresan-goresan kata: " Jangan Kalian Anggap Bahwa Pendidikan Itu Hanya Dapat Dihasilkan Di Sebuah Lembaga saja (Sekolah/Perguruan Tinggi) yang pada hakikatnya pendidikan itu dapat semua orang temukan dimana saja ketika orang itu menyadari akan adanya pengetahuan/ilmu yang berada disekitarnya."
Pendidikan adalah hal abstrak yang diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang abstrak pula ataupun dengan pembelajaran yang konkrit. Pendidikan pun terbagi menjadi dua, diantaranya:

1. Pendidikan Secara Tekstual, dan
2. Pendidikan Secara Kontekstual

1. Pendidikan Secara Tekstual
Pendidikan ini sering kita jumpai disebuah lembaga pendidikan yang terikat dengan formal, seperti sekolah ataupun perguruan tinggi. Dimana masyarakat diajarkan berbagai pengetahuan-pengetahuan yang berbentuk teks/buku sering pula kita menyebutnya dengan pelajaran. Dan pendidikan ini biasanya dilakukan untuk pengembangan ranah kognitif saja, meskipun semua guru mengatakan bahwa lembaga pendidikan bertugas untuk mengembangkan seluruh aspek yang terdapat pada anak didiknya, meliputi aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Tapi yang saya rasakan selama menduduki jenjang pendidikan formal, aspek kognitif lah yang selalu menjadi pedoman walaupun aspek yang lainnya juga tidak dapat kita pungkiri dengan keberadaannya. Tapi anatara aspek afektif dan psikomotor tidak terlalu dominan terjadi di lembaga pendidikan formal. Yang ada hanyalah perintah mengerjakan tugas, menghapal, dsb.


2. Pendidikan Secara Kontekstual
Pendidikan ini bersifat umum, dalam artian hal-hal apa pun yang bersangkut paut pada pendidikan tertampung secara sadar atau tidak sadar pada pendidikan kontekstual.
Dan disinilah permasalah sikap brutalisme/pergaulan dibahas secara menyeluruh.
Pada dasarnya sikap bergaul seorang anak mempunyai argumentasi-argumentasi tersendiri mengapa hal itu terjadi pada dirinya. Saya sempat menemukan banyak orang-orang cerdas nan cerdik dilingkungan paham-paham brutalisme. Tetapi sebelum lebih lanjut, kita pun harus mengetahui secara psikology tentang brutalisme.
dan dapat saya artikan bahwa brutalisme adalah sikap seseorang dalam melampiaskan seluruh aspek-aspek yang berada pada otaknya yang selama itu mereka rasakan atau mereka hadapi baik dengan pola pikir yang baik ataupun buruk.

Tanpa kita sadari, bergaul itu dapat menumbuhkan emosional seseorang untuk bersikap kritis terhadap apa-apa yang sedang dipikirkannya. Sehingga mereka merasakan kepuasan atas apa yang telah dilakukannya, bahkan aspek-aspek pendidikan afektif dan psikomotoriknya pun dapat terealisasikan meski dengan pola brutalism.
Tetapi meskipun begitu, Brutalisme ini juga terbagi-bagi menjadi 2, yang diantaranya:


1. Good Brutalisme
2. Bad Brutalisme


BERSAMBUNG

4 komentar:

Anonim mengatakan...

saya setuju sekali dengan pola pikir anda yang dibentuk dalam goresan-goresan tulisan ini.
makin maju dan makin sukses untuk kreativitas menulisnya ya bung.
salam.........

Anonim mengatakan...

wah....
blog kamu isinya bagus juga bung tedi....
salut lah ama blognya,,,
ajarin gw bwt blog dong, gw juga terinspirasi bwt pngen bikin blog nich.

Dahri mengatakan...

menurut saya, tidak sesempit aspek pendidikan saja yang menjadi asumsi dari brutalisme itu sndiri,tetapi secara philosofi, hal tersebut akibat konsekuensi holistik dari sikap hedonisme yang tumbuh saat suatu individu berada pada perkembangannya....

Anonim mengatakan...

ted, blog kamu ini????
ada kemajuan juga ya rupanya.
sukses ya friend....

Mengenai Saya

Foto saya
Memang susah jadi manusia saat ini. Karena sekarang ini katanya zaman edan, kalo nggak ikut edan nggak keduman. Makanya banyak anggota dewan yang makan dana siluman. Bahkan ketika ada anggota dewan yang terkenal ‘putih’ diingatkan agar jangan ikut-ikutan, tapi katanya dana itu sayang jika tidak dimanfaatkan, untuk modal bergerak dalam perjuangan. Maka sudah dike manakankah sosok iman, yang seharusnya Qur’an dan Sunnah jadi pedoman, yang bukan hanya semangat dan indah saat diucapkan, dalam kajian – kajian rutin pekanan.