SELAMAT DATANG DI BLOG TANPA PANDANG SAPA ENGKAU!!!!!!!

Selamat Datang Di Blog Tedi Setiadi
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Semester III/Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Jurusan Pendidikan Bahasa Arab.

Para Bloger Yang Budiman,
Kunjungan anda merupakan salah satu realitas bahwa segala bentuk inforamasi dunia yang di-akses melalui internet benar-benar dahsyat.
Dengan alasan, bahwa anda dapat menemukan Blog saya tanpa harus ada konfirmasi terlabih dahulu.
Semoga posting-posting yang saya tampilkan dalam Blog ini bermanfaat bagi kita semuanya.
dan saya menantikan akan saran, kritikan serta komentar dari para pembaca semua.
Terima Kasih Atas Kunjungannya.

Rabu, 26 November 2008

MAKALAH ULUMUL HADITS

“KITAB-KITAB HADITS, SISTEM PENULISAN DAN DERAJATNYA”

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Ulumul Hadits yang dibimbing oleh Ibu. Mia. M, Ag.


Disusun oleh:

Tedi Setiadi

Nim. 207 201 786

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2008

KATA PENGANTAR

Asssalamu’alaikum wr. Wb

Puji serta syukur mari kita sama-sama panjatkan kehadirat ilahi rabbi yang telah memberikan kekuatan kepada kita untuk mengupas tuntas dari salah satu kebesarannya, yaitu ilmu pengetahuan. Dimana kita akan mempelajarinya dari sebahagian goresan-goresan kata yang penulis susun dalam makalah ini.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan hanya kepada pembimbing kehidupan kita yang telah menuntun semua umat manusia dari zaman kebodohan kepada jalan yang diterangi dengan berbagai aspek kebenaran, terutama rahasia-rahasia ilahi yang terkandung dalam unsur keilmuan.

Pembaca yang budiman, alhamdulillah merupakan salah satu kata yang semestinya penulis lantunkan, karena pada kesempatan kali ini, penulis dapat mengungkapkan sebagian dari realita hasil pembelajaran ke dalam bentuk makalah yang insya allah akan dipaparkan sejelas mungkin mengenai“kitab-kitab hadits, sistem penulisan dan derajatnya”

Tetapi meskipun seperti itu halnya, penulis masih merasa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam menyusun makalah ini. Maka dari itu, kiranya penulis mengharapkan kritikan, masukan, serta tambahan guna mengembangkan pembahasan yang terangkai dalam makalah ini. Semoga apa yang dipaparkan penulis didalamnya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri.

Amien……

Wassalam

Bandung, 26-11-2008

Penulis

Ttd

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyusunan makalah ini terlaksana atas dasar realitas dari hasil study pada pembelajaran mata kuliah Ulumul Hadits yang dibimbing oleh Ibu. Mia. M, Ag. Dimana pada kesempatan ini penulis akan berusaha memaparkan pembahasan yang didalamnya terdapat asumsi-asumsi yang bersifat urgensi guna mengembangkan system pembelajaran yang efektif dan optimal.

Pada makalah ini banyak hal-hal yang dapat kita petik tentang pemberdayaan seuah kitab-kitab hadits yang digoreskan oleh sebagian para muhaditsin yang terpercaya akan keshahihannya. Adapun hal-hal yang akan menjadi target penyusunan makalah ini, kita dapat melihat dari serantaian rumusan masalah yang akan kita bahas yang berfungsi sebagai titik tolak pemahaman dalam pembahasan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk kitab-kitab hadits yang dipercayai dan dipedomani oleh ummat?

2. Bagaimana system penulisan hadits?

3. Bagaimana cara mengetahui derajat-derajat hadits?

4. Seperti apa biografi-biografi singkat tentang ulama muhaditsin?

C. Tujuan Pembelajaran

1. Kita dapat mengetahui lebih jauh mengenai kitab-kitab hadits yang disusun oleh imam bukhari dan muslim.

2. Kita dapat memahami system penulisan hadits.

3. Kita dapat mengetahui tingkat/derajat-derajat suatu hadits.

4. Dan kita dapat mengenal sebagian biografi-biografi para muhaditsin.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kitab-kitab Shahihaini ( Kitab Imam Al-Bukhari dan Imam Al-Muslim)

Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim adalah dua orang ulama ahli hadits yang pertama kali menyusun kitab hadits yang hanya berisikan hadits-hadits shahih sesuai dengan syaratnya. Metode yang ditempuh dalam penyusunan kitab tersebut adalah dengan memilih periwayat-periwayat yang harus memenuhi persyaratan hadits shahih yaitu sanadnya bersambung sampai Rasulullah, dinukil dari periwayat yang takwa, kuat hafalannya, tidak mudah lupa, tidak ganjil (menyelisihi hadits shahih yang lebih kuat) dan tidak cacat.

Adapun Al-Imam Al-Bukhari dalam penyusunan kitabnya menentukan persyaratan lagi yang lebih ketat. Diantaranya periwayat-periwayat (rawi) haruslah sejaman dan mendengar langsung dari rawi yang diambil hadits darinya. Kelebihan kitab Shahih Al-Bukhari adalah terdapat pengambilan hukum fiqih, perawinya lebih terpercaya dan memuat beberapa hikmah dimana unsur-unsur ini tidak ada pada Shahih Muslim.

Jadi secara umum kitab Shahih Al-Bukhari lebih shahih dibanding kitab Shahih Muslim. Namun ada beberapa sanad dalam Shahih Muslim yang lebih kuat daripada sanad Shahih Al-Bukhari. Kiranya cukuplah kesepakatan umat (ulama) sesudah mereka akan keshahihan kedua kitab tersebut dan menilai keduanya kitab yang paling shahih setelah Al-Qur’an sebagai keistimewaan tersendiri. Kecuali golongan SYI’AH yang tidak mengakui keberadaan keduanya.

Meskipun demikian Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim tidaklah memuat semua hadits shahih sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Imam Al-Bukhari. Beliau hanya memasukkan sekian ribu hadits karena khawatir kitabnya terlalu “besar” sehingga membosankan pembaca. Demikian juga Al-Imam Muslim, beliau menegaskan bahwa beliau hanya menyusun hadits-hadits yang disepakati keshahihannya.

Masih banyak hadits shahih yang tidak masuk ke dalam kedua kitab tersebut. Al-Imam Al-Bukhari mengatakan hadits-hadits shahih yang beliau tinggalkan lebih banyak karena beliau menghafal 100.000 hadits shahih dan 200.000 hadits lemah. Sementara kitab Shahih Al-Bukhari sendiri memuat 4000 hadits shahih tanpa pengulangan dan 7275 hadits shahih dengan pengulangan. Sedangkan kitab Shahih Muslim memuat 4000 hadits shahih tanpa pengulangan dan 12.000 hadits shahih dengan pengulangan.

Kita pun dapat melacak hadits-hadits shahih lainnya yang lolos dari saringan Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim pada kitab-kitab hadits yang terkenal seperti Shahih Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Hibban, Kitab-kitab sunan yang empat, Mustadrak Al-Hakim, Sunan Al-Baihaqi, Sunan Ad-Daruquthni, dan lainnya. Meskipun demikian, para ulama setelah mereka terus meneliti akan keshahihan kitab-kitab ini terutama kitam Mustadrak Al-Hakim dan Sunan At-Tirmidzi yang -menurut para Ulama- penulisnya kurang ketat dalam menilai hadits (gampang menilai shahih sebuah hadits).

B. System Penulisan Kitab Imam Al-Bukhari

Sebagai intelektual yang berdisiplin tinggi,Imam Bukhari dikenal sebagai pengarang kitab yang produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin ilmu hadits, tapi juga ilmu-ilmu lain, seperti tafsir, fikih, dan tarikh.Fatwa-fatwanya selalu menjadi pegangan ummat sehingga ia menduduki derajat sebagai mujtahid mustaqil (ulama yang ijtihadnya independen), tidak terikat pada mazhab tertentu, sehingga mempunyai otoritas tersendiri dalam berpendapat dalam hal hukum .

Diantara puluhan kitabnya, yang paling masyhur ialah kumpulan hadits shahih yang berjudul Al-Jami'ash-Shahih, yang belakangan lebih populer dengan sebutan Shahih Bukhari. Ada kisah unik tentang penyusunan kitab ini. Suatu malam imam Bukhari bermimpi bertemu dengan Rasulullah Nabi Muhammad SAW, seolah-olah Nabi Muhammad SAW berdiri dihadapannya.

Imam Bukhari lalu menanyakan makna mimpi itu kepada ahli mimpi.Jawabannya adalah beliau (Imam Bukhari) akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan yang disertakan orang dalam sejumlah hadits Rasulullah SAW. Mimpi inilah, antara lain yang mendorong saya untuk menulis kitab "Al-Jami `ash Shahih", tuturnya.

Dalam menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati. Menurut Al-Firbari, salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari berkata. "Saya susun kitab Al-Jami `ash Shahih ini di Masjidil Haram, Mekkah dan saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah (shalat istikharah) dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar shahih". Di Masjidil Haram-lah ia menyusun dasar pemikiran dan bab-babnya secara sistematis.

Setelah itu ia menulis mukaddimah dan pokok pokok bahasannya di Rawdah Al-Jannah, sebuah tempat antara makam Rasulullah dan mimbar di Masjid Nabawi di Madinah. Barulah setelah itu ia mengumpulkan sejumlah hadis dan menempatkannya dalam bab-bab yang sesuai. Proses penyusunan kitab ini dilakukan di dua kota suci tersebut dengan cermat dan tekun selama 16 tahun. Ia menggunakan kaidah penelitian secara ilmiah dan cukup modern sehingga hadits haditsnya dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan bersungguh-sungguh ia meneliti dan menyelidiki kredibilitas para perawi sehingga benar-benar memperoleh kepastian aka kesahihan hadits yang diriwayatkan. Ia juga selalu membandingkan hadits satu dengan yang lainnya, memilih dan menyaring, mana yang menurut pertimbangannya secara nalar paling sahih. Dengan demikian, kitab hadits susunan Imam Bukhari benar-benar menjadi batu uji dan penyaring bagi sejumlah hadits. "Saya tidak memuat sebuah hadits pun dalam kitab ini kecuali hadits-hadits shahih", katanya suatu saat.

C. Derajat/kedudukan Hadits Shahihaini (Imam Bukhari dan Muslim)

Al Imam Al Hafidz Syaikhul Islam Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf Asy-Syafi'I ( Imam Nawawi ) rahimahullahu ta'ala berkata tentang kedudukan kitab Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim : "Para ulama rahimahullahu ta'ala telah bersepakat bahwa kitab yang paling shahih stelah Al-Qur'an adalah kitab Sahih Al Bukhari dan sahih Muslim. Kedua kitab itu telah terbukti diterima dengan lapang dada dan tangan terbuka oleh ummat Islam"

Dan juga beliau rahimahullahu ta'ala juga berkata :

"Karya hadits yang dianggap paling sahih, bahkan dianggap memiliki otoritas mutlak dalam dunia ilmu pengetahuan Islam adalah dua kitab Ash-shahih yang telah disusun oleh dua imam besar yakni Abu `Adillah Muhammad bin Isma'il Al Bukhari dan abul Husain Muslim bin Al Hajjaj Al Qusyairi radliallahu'anhumma.Tidak ada karya hadits yang mampu menyaingi kedua kitab induk ini."

Asy-Syaikh Abu `Amr bin Ash-Shalah rahimahullahu ta'ala ( yang dikenal juga dengan Imam Ibnu Shalah) berkata :

"Semua hadits yang oleh Muslim rahimahullah ta'ala telah dianggap sebagai hadits shahih di dalam kitab ini, maka derajat keshahihannya bisa dikatakan pasti dan bisa dipertanggung jawabkan secara teoritis (ilmiah).Begitu juga dengan hadits-hadits yang oleh Al Bukhari telah ditetapkan sebagai hadits shahih di dalam kitab Ash-Shahihnya. Hal ini karena ummat telah menerima kualitas shahih kedua kitab tersebut secara ijma'.”

Dari penjelasan para Imam Hadits di atas maka dapat diringkas bahwa :

1. Kesahihan hadits-hadits dalam kitab Shahih Al Bukhari dan Sahih Muslim adalah pasti.

2. Penerimaan keshahihan hadits-hadits pada ke dua kitab tersebut sudah menjadi ijma' ulama dan ummat muslimin.

http://ghuroba.blogsome.com/2007/11/26/shahih-bukhari-dan-shahih-muslim-kitab-hadits-paling-shahih/

http://antosalafy.wordpress.com/2008/04/22/shahih-bukhari-dan-shahih-muslim-kitab-hadits-paling-shahih/

TKI DAN TKW SALAH SATU CARA UNTUK MELIHAT PERKEMBANGAN INDONESIA

ADA APA DENGAN DENGAN NEGERIKU???

Indonesia merupakan negara yang terlalu banyak dengan konsep yang selama ini jarang sekali memperlihatkan realitas akan sistem yang diterapkan dalam berbagai aspek. Padahal, sumber daya manusianya banyak ditemukan orang-orang yang berpotensi baik dari hal pendidikan, ekonomi, sosial, dsb. Tapi mengapa Indonesia selalu dipandang terbelakang??? Selalu di klaim lemah??? dan selalu dikatakan negara yang penuh dengan kemiskinan??? Salah satu untuk meninjau bahwa Indonesia sulit untuk berkembang dibanding negara-negara lain adalah masih terdapatnya sumber daya manusia indonesia yang bergantung pada keadaan ekonomi negara lain. Karena mereka menganggap bahwa negara yang mereka duduki untuk mencari mata pencaharian lebih memuaskan daripada di indonesia. Apa pernah kita bertanya, kenapa mereka lebih memilih bekerja di negara lain daripada di negaranya sendiri??? Dan sekarang tidak dapat kita sangkal pula, keberadaan TKW dan TKI menunjukan ketidakmampuan Indonesia untuk memakmurkan bangsanya. Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai warga negaranya???

Disini kita dapat melihat sejarah negara yang berawal dari kehancuran, seperti jepang. Negara yang pada saat sekarang digandrungi dengan kemajuan-kemajuan yang pada awalnya negara jepang sangat berantakan sesudahnya hiroshima dan nagashaki di bom oleh amerika. Pada peristiwa itu, pemimpin jepang menanyakan "berapa guru yang tersisa dinegeri ini??? ujarnya terus menerus bertanya akan keberadaan guru". Dalam artian, kata-kata itu memiliki makna bahwa pusat kemajuan negara berada pada titik pendidikan yang dapat menghasilkan manusia-manusia berpotensi untuk membangun kembali negara yang telah bobrok yang berpusat pada seorang guru. Yang pada akhirnya pun negara jepang dapat berdiri kembali dengan kemampuan-kemampuan SDM (sumbar daya manusia) yang sangat dahsyat terutama dengan keahlian industri-industrinya. Bahkan, rakyat-rakyat indonesia banyak yang bekerja disana, dan banyak lagi yang bekerja di negara-negara selain jepang, seperti: Malaysia, Arab Saudi, dll. Apakah kita pernah bertanya, kenapa mereka tidak kerja di Indosia saja??? Padahal sekarang banyak tragedi-tragedi TKI dan TKW yang bekerja di negara lain diperlakukan dengan sewenang-wenang, dilecehkan, diperlakukan dengan kekerasan, dsb.
Terus apa yang negara lakukan untuk bangsanya yang tertimpa peristiwa seperti itu???
Apakah ada bukti dari penerapan UUD'45 bahwa negara akan melindungi segenap bangsa???

Yang harus kita lakukan untuk Indonesia adalah bagaimana agar reputasi negara menjadi baik dan maju.Yang paling awal harus diperhatikan adalah Pendidikan.

Apakah indonesia tak pernah berniat untuk maju???
Apa realisasi Indoesia mengenai kemerdekaan RI???
Apa hanya dengan 17 Agustusan saja???

Bagi para pembaca yang mempunyai solusi tentang bagaimana Indonesia dapat memiliki reputasi baik dipandangan negara lain, saya tunggu gagasan-gagasan anda semua di kotak komentar.

Terima Kasih.

Senin, 24 November 2008

Merendahkan Etos Kerja????

Bangsa yang Merendahkan Etos Kerja
Perilaku sebuah bangsa tidak tercipta dalam waktu singkat, namun terbentuk sepanjang tahun melalui kebudayaan dan pendidikan.
Bangsa ini kembali terpuruk dalam potret kecil olahraga di arena SEA Games XXIII yang berakhir Senin (5/12) di Manila. Dalam gambaran besar, bangsa ini dijuluki bangsa yang berperilaku tidak menghargai proses, tidak suka kerja keras, tetapi ingin serba instan. Mengapa semua itu bisa terjadi?

Lihatlah kondisi perguruan tinggi yang sudah lama mengalami ”kecelakaan”. Sebanyak 99 persen dari dosennya merupakan lulusan sendiri yang mengambil S2 dan S3 di dalam negeri. Sebagian besar dari mereka kemudian mengajar dan menguji.
Sementara itu daya serap mahasiswa terhadap mata kuliah yang disuapi dosennya hanya 20-30 persen. Situasi ini diperparah oleh perilaku sebagian besar mahasiswa yang tidak senang membaca buku. Padahal buku merupakan jendela dunia.
Seorang panelis yang sebagian besar hidupnya dicurahkan di perguruan tinggi mengamati, baik dosen maupun mahasiswa kini tidak lagi menghargai disiplin. Sebelum tahun 1970-an atau pada zaman Soekarno, sikap ini masih bagus, dalam arti mereka tahu disiplin. Mengapa begitu, karena pelajaran dari bangsa Jepang dan Belanda masih menetes kepada para pemimpin bangsa saat itu.
Akan tetapi, sejak tahun 1970-an perilaku unggul itu mulai merosot. Mereka mulai malas bekerja dan malas berdisiplin. Baik mahasiswa maupun dosen sering bolos. Menurut penelitiannya, selama 40 tahun mengajar tidak ada satu mahasiswa pun yang mengikuti kuliah tiap minggu dalam satu semester lengkap.
”Paling banyak kehadiran mahasiswa hanya 10 kali dalam satu semester. Padahal saya sudah melakukan peringatan, sindiran atau marah, dan sebagainya, tidak digubris,” keluhnya. Artinya, dorongan bermalas-malas di kalangan sivitas akademika sangat kuat. Yang paling parah, para dosennya sendiri juga suka bolos.
Gejala umum ini ternyata tidak hanya di kalangan perguruan tinggi, tapi merembet ke sekolah- sekolah rendah dan menengah. Ada suatu anggapan bahwa setelah SMA dan masuk perguruan tinggi, mereka semua bisa hidup bebas. Mau datang kuliah, mau bolos, tidak apa-apa. Ini amat mengherankan, gejala itu tumbuh subur pada saat negeri ini membangun pada masa Orde Baru.
Demikian juga perilaku pegawai di perguruan tinggi yang harusnya datang pukul 07.00, pada umumnya datang pada pukul 09.00. Kalau kita membicara- kan jadwal kuliah, tidak ada dosen yang mau mengajar pada pukul 07.00. Maunya mereka mengajar di atas pukul 09.00 atau pukul 10.00. Ketika panelis ini mengajar pada jadwal pukul 07.00, dari 50-80 mahasiswa yang datang tepat waktu cuma 10 orang.
Menurut pengalamannya, setelah satu jam, masuklah mereka satu demi satu. Masuknya juga unik, setelah buka pintu langsung duduk. Tidak ada yang minta maaf karena keterlambatan itu. Mereka menganggap, kuliah ini hak kita, jadi bebas mau kuliah atau tidak. Lebih jauh lagi, pada umumnya mereka tidak mau belajar keras serta tidak senang membaca buku.
”Pernah sekali waktu saya periksa diktat yang sudah saya bagikan. Benar-benar mengherankan, saya lihat diktat itu bersih sekali. Tidak ada catatan dari dia sehingga waktu ujian banyak yang tidak bisa jawab. Padahal semuanya ada di diktat,” tuturnya.

Pendidikan antikerja
Sebuah analisis terhadap perilaku masyarakat di negara maju menyatakan, mayoritas penduduknya sehari-hari mengikuti prinsip-prinsip dasar kehidupan. Misalnya, menghargai etika, kejujuran dan integritas, bertanggung jawab, hormat pada aturan dan hukum masyarakat, hormat pada hak orang/warga lain, cinta pada pekerjaan, berusaha keras menabung dan investasi, bekerja keras hingga tepat waktu.
Para mahasiswa di negara-negara maju menyebut belajar itu bekerja. Di Amerika Serikat, misalnya, kalau mahasiswa itu berkata, I must to work, itu artinya belajar atau kuliah. Namun, di republik ini para mahasiswa tidak menganggapnya demikian. Pernah seorang menteri pendidikan menyatakan, anak-anak lebih suka sekolah, tapi tidak suka kerja. Celakanya, dalam kurikulum, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, terkesan anti- kerja.
Dalam kurikulum, program manual work hampir tidak pernah ada. Malah yang ada pun terus dianjurkan agar dihapus. Dulu yang mengadakan kurikulum jenis ini Pemerintah Kolonial Belanda. Oleh negeri bekas jajahannya, mulai tahun 1970-an, kemudian diganti dengan nama resmi keterampilan atau kerajinan seni rupa. Pernah dalam diskusi IKIP seluruh Indonesia, bidang keterampilan kerajinan dipisahkan dari seni rupa.
Pada zaman Ode Baru, semua media koran, televisi, radio dan sebagainya memublikasikan pembedaan itu. Jadi sekolah itu hanya untuk kerja mental, bukan kerja fisikal. Pernah ada pelajaran hasta karya. Tapi kemudian tidak boleh dipakai oleh murid-murid untuk melakukan apa-apa yang menghasilkan apa-apa.
Yang mengatakan bahwa pelajaran seni dan hasta karya di sekolah-sekolah itu harus bebas berekspresi. Katanya yang penting bukan hasil, tapi proses, seraya tidak peduli hasilnya apa. Proses rasa bebas itu artinya kerja sembarangan dalam pelajaran seni rupa kerajinan dan sebagainya.
Di kalangan masyarakat ada hubungan antara harkat manusia dan kerja manual. Makin banyak kerja manual manusia itu makin rendah harkatnya. Makin kurang kerja manual atau sama sekali tidak kerja manual, makin tinggi harkatnya. Kerja intelektual atau kerja mental, misalnya belajar ilmu, teori, filsafat, banyak sekali peminatnya karena makin tinggi harkatnya.
Namun, yang kerja fisikal hanya sedikit saja karena harkatnya rendah. Kerja fisik itu bukan hanya dianggap rendah, tapi juga merupakan kerja orang-orang jelata. Itu kerja orang-orang miskin, sedangkan kerja orang-orang yang tidak begitu harus menjauhkan diri dari yang manual, dari yang fisikal.
Situasi ini sama dengan zaman Yunani dan Romawi dulu. Di zaman Yunani kuno tersebut semua kerja yang bersifat fisikal manual dianggap tidak bermartabat.

Bernilai rendah
Ironisnya, dunia pendidikan di republik ini juga ”memusuhi” program yang berorientasi pasar. Sejumlah ahli design pernah mengeluhkan tentang perilaku di kampusnya yang tidak market friendly. Mereka merasa tertekan sebab kalau membuat design berorientasi pasar itu dianggap rendah. Yang bagus dan dihargai kalau design dibuat klasik atau bersifat scientific.
Situasi ini berbeda dengan di luar negeri. Di negara maju itu hampir semua mahasiswanya bekerja. Yang tidak bekerja hanya mahasiswa Indonesia yang kebetulan dapat beasiswa dari pemerintah. Malah mereka bisa anteng bekerja di perpustakaan seperti menyusun buku yang secara fisik tidak mau dikerjakan mahasiswa Indonesia.
”Di AS, para mahasiswa S3 biasa mengobrol, pada last summer ia akan bekerja sebagai kontraktor membangun jembatan. Mereka tidak tahu bahwa kita menganggapnya rendah. Dalam hati saya, kok mahasiswa Amerika tingkatan doktor mau kerjaan seperti itu,” panelis ini mengungkapkan pengalamannya. Begitu juga mahasiswa Korea ketika libur, ada yang bekerja sebagai tukang kebun, yang umumnya tidak disukai oleh mahasiswa Indonesia.
Bangsa ini menganggap kerja itu mempunyai nilai rendah. Artinya, kerja itu beban, kerja itu suatu keterpaksaan, kerja itu suatu siksaan. Manusia Indonesia pada umumnya bermimpi hidup senang, hidup enak, tanpa kerja. Lalu siapa yang menghasil- kan makanan dan sebagainya? Seperti pada zaman Yunani kuno, ya orang-orang rendah, rakyat jelata itu. Merekalah yang disuruh kerja, menghasilkan padi, misalnya.
Nilai paling tinggi itu hidup senang. Hidup senang artinya punya banyak uang. Bagaimana menciptakan harta banyak tanpa kerja, ya korupsi itu....

Jumat, 21 November 2008

Ada Apa Antara Pendidikan dan Brutalisme???

Antara Pendidikan Dan Brutalisme

Banyak berbagai problematika kehidupan yang selalu di sangkutpautkan antara pendidikan seseorang dengan sikap atau tingkah laku Brutalisme. Dimana masyarakat sering menjadikan sebuah kesimpulan bahwa sikap buruk seseorang menandakan pendidikannya yang buruk pula. Pada masa-masa sekarang ini, banyak kita temui anak-anak sekolah yang terjun pada dunia brutalisme atau dengan sebutan genkster. Dengan kejadian itu, semua orang tua merasakan kekhawatiran pada anak-anaknya dikarenakan takut anaknya ikut-ikutan terjerumus kepada dunia pergaulan yang mereka anggap itu semua sikap yang salah dan hina, karena dibalik itu para orang tua menginginkan buah hatinya mencapi posisi pendidikan yang tinggi.

Tapi pada kenyataannya, semua anggapan itu tidak mutlak secara keseluruhan, karena terjadi kasus-kasus orang yang sukses tanpa menduduki pendidikan formal bisa mencapai impian-impian yang belum tentu semua orang dapat meraihnya.
Para pembaca Yang Budiman,
Saya pribadi menghimbau pada seluruh orang-orang fanatik pendidikan dengan goresan-goresan kata: " Jangan Kalian Anggap Bahwa Pendidikan Itu Hanya Dapat Dihasilkan Di Sebuah Lembaga saja (Sekolah/Perguruan Tinggi) yang pada hakikatnya pendidikan itu dapat semua orang temukan dimana saja ketika orang itu menyadari akan adanya pengetahuan/ilmu yang berada disekitarnya."
Pendidikan adalah hal abstrak yang diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang abstrak pula ataupun dengan pembelajaran yang konkrit. Pendidikan pun terbagi menjadi dua, diantaranya:

1. Pendidikan Secara Tekstual, dan
2. Pendidikan Secara Kontekstual

1. Pendidikan Secara Tekstual
Pendidikan ini sering kita jumpai disebuah lembaga pendidikan yang terikat dengan formal, seperti sekolah ataupun perguruan tinggi. Dimana masyarakat diajarkan berbagai pengetahuan-pengetahuan yang berbentuk teks/buku sering pula kita menyebutnya dengan pelajaran. Dan pendidikan ini biasanya dilakukan untuk pengembangan ranah kognitif saja, meskipun semua guru mengatakan bahwa lembaga pendidikan bertugas untuk mengembangkan seluruh aspek yang terdapat pada anak didiknya, meliputi aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Tapi yang saya rasakan selama menduduki jenjang pendidikan formal, aspek kognitif lah yang selalu menjadi pedoman walaupun aspek yang lainnya juga tidak dapat kita pungkiri dengan keberadaannya. Tapi anatara aspek afektif dan psikomotor tidak terlalu dominan terjadi di lembaga pendidikan formal. Yang ada hanyalah perintah mengerjakan tugas, menghapal, dsb.


2. Pendidikan Secara Kontekstual
Pendidikan ini bersifat umum, dalam artian hal-hal apa pun yang bersangkut paut pada pendidikan tertampung secara sadar atau tidak sadar pada pendidikan kontekstual.
Dan disinilah permasalah sikap brutalisme/pergaulan dibahas secara menyeluruh.
Pada dasarnya sikap bergaul seorang anak mempunyai argumentasi-argumentasi tersendiri mengapa hal itu terjadi pada dirinya. Saya sempat menemukan banyak orang-orang cerdas nan cerdik dilingkungan paham-paham brutalisme. Tetapi sebelum lebih lanjut, kita pun harus mengetahui secara psikology tentang brutalisme.
dan dapat saya artikan bahwa brutalisme adalah sikap seseorang dalam melampiaskan seluruh aspek-aspek yang berada pada otaknya yang selama itu mereka rasakan atau mereka hadapi baik dengan pola pikir yang baik ataupun buruk.

Tanpa kita sadari, bergaul itu dapat menumbuhkan emosional seseorang untuk bersikap kritis terhadap apa-apa yang sedang dipikirkannya. Sehingga mereka merasakan kepuasan atas apa yang telah dilakukannya, bahkan aspek-aspek pendidikan afektif dan psikomotoriknya pun dapat terealisasikan meski dengan pola brutalism.
Tetapi meskipun begitu, Brutalisme ini juga terbagi-bagi menjadi 2, yang diantaranya:


1. Good Brutalisme
2. Bad Brutalisme


BERSAMBUNG

Contoh Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Asssalamu’alaikum wr. Wb
Puji serta syukur mari kita sama-sama panjatkan kehadirat ilahi rabbi yang telah memberikan kekuatan kepada kita untuk mengupas tuntas dari salah satu kebesarannya, yaitu ilmu pengetahuan. Dimana kita akan mempelajarinya dari sebahagian goresan-goresan kata yang penulis susun dalam makalah ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan hanya kepada pembimbing kehidupan kita yang telah menuntun semua umat manusia dari zaman kebodohan kepada jalan yang diterangi dengan berbagai aspek kebenaran, terutama rahasia-rahasia ilahi yang terkandung dalam unsur keilmuan.
Pembaca yang budimana, alhamdulillah merupakan salah satu kata yang semestinya penulis lantunkan, karena pada kesempatan kali ini, penulis dapat mengungkapkan sebagian dari realita hasil pembelajaran ke dalam bentuk makalah yang insya allah akan dipaparkan sejelas mungkin mengenai……………………………..
Tetapi meskipun seperti itu halnya, penulis masih merasa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam menyusun makalah ini. Maka dari itu, kiranya penulis mengharapkan kritikan, masukan, serta tambahan guna mengembangkan pembahasan yang terangkai dalam makalah ini. Semoga apa yang dipaparkan penulis didalamnya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri. Amien……
Wassalam

Bandung, 00-00-0000
Penulis

Ttd

Manusia Tak Bodoh!!!

MANUSIA TAK BODOH

Pada dasarnya, manusia diciptakan dengan keindahan yang tak pernah bisa dibayangkan oleh ranah kognitif, meskipun banyak ramalan-ramalan pengetahuan yang dapat memprediksi akan eksistensi seorang anak adam, tapi itu pun tidak seutuhnya di klaim sebagai kemutlakan.

Terlebih dengan situasi zaman pada saat ini, manusia sering mengungkapkan lantunan-lantunan kata yang mereka sendiri tidak sadar akan kodrati manusia secara utuh. Saya setuju sekali dengan ungkapan-ungkapan orang yang mengatakan bahwa manusi tak ada yang bodoh, melainkan manusia yang malas dan tidak mau untuk berusaha. Tetapi meskipun seperti itu, saya meneliti kembali akan keaktualan kata itu dengan meneliti aktivitas kognitif manusia pada bidang pendidikan. Dimana saya menilai bahwa manusia memang tak bodoh, hanya saja mereka tidak pernah mau untuk menyiapkan memori otaknya untuk menangkap suatu informasi atau pengetahuan yang sedang dihadapinya. Dan ini pernah saya realisasikan dalam bentuk percobaan pada seorang mahasiswa. Pada percobaannya, saya berusaha mencari sebuah materi yang si mahasiswa ini tidak pernah mengetahuinya dan tidak pernah mempelajarinya.

Pada saat itu saya mempunyai gagasan untuk memberikan sebuah kosa kata arab yang dia belum pernah mempelajarinya. Dan saat percobaan itu pula saya mencoba memberikan lima kosa kata arab tentang bagian-bagian tangan. Tak lama kemudian saya menyuruh dia untuk menalarnya dalam hitungan menit. Hasil yang pada waktu itu saya dapatkan sangat memuaskan sekali, karena hal yang pada waktu itu dianggap tidak akan terjadi, pada akhirnya terjadi juga.

Seusainya dari situ, saya mencoba memberikan kesimpulan pada mahasiswa-mahasiswa bahwa dengan kesiapan memori (kognitif) semua manusia tidak akan pernah disebut bodoh. Karena pada intinya manusia itu dikatakan bodoh atau tidak dilihat dari bagaimana manusia itu menggunakan memori otaknya sendiri.
bersambung..........

Mengenai Saya

Foto saya
Memang susah jadi manusia saat ini. Karena sekarang ini katanya zaman edan, kalo nggak ikut edan nggak keduman. Makanya banyak anggota dewan yang makan dana siluman. Bahkan ketika ada anggota dewan yang terkenal ‘putih’ diingatkan agar jangan ikut-ikutan, tapi katanya dana itu sayang jika tidak dimanfaatkan, untuk modal bergerak dalam perjuangan. Maka sudah dike manakankah sosok iman, yang seharusnya Qur’an dan Sunnah jadi pedoman, yang bukan hanya semangat dan indah saat diucapkan, dalam kajian – kajian rutin pekanan.